Hadiah di Usia 19 Tahun

Berbicara tentang memilih buku yang difavoritkan bagi saya sama susahnya dengan memilih antara menyukai pria berkacamata atau pria berambut sebahu, sulit. Sebelum akhirnya mengetik tulisan ini, saya memandang lama jejeran buku di rak, dan saya makin bingung.Semua buku tentu saja punya ceritanya masing-masing bagi saya dalam proses membaca dan memiliki.
Ah iya ada satu buku, yang tidak lagi berada di rak sejak dua tahun terakhir, yang membuat saya akhirnya pilih-pilih dalam hal meminjamkan buku. Buku yang ditulis oleh Akhmad Sirodz berjudul “Kisah-Kisah Paling Mengharukan di Dunia” dipinjam entah siapa dan belum kembali hingga kini.
Seperti judul di sampul, buku ini berisi kumpulan kisah-kisah yang mengharukan, ada beberapa cerita terkenal yang pernah saya dengar secara sepintas dan akhirnya diuraikan lengkap di buku ini. Beberapa kisah juga pernah saya baca di linimasa facebook, dengan gubahan yang lebih dramatis dan disertai tudingan kalau kita tidak mengklik “suka” di tulisan tersebut maka kita adalah anak durhaka, sangat dramatis.
Mengapa buku ini istimewa bagi saya?
Buku ini saya baca tahun 2012, diberikan secara khusus di tanggal 17 oktober 2012. Waktu itu, saya masih kuliah semester 3 dan mengambil mata kuliah Jurnalistik, mata kuliah pilihan bagi mahasiswa jurusan sastra Indonesia di Universitas Hasanuddin. Hari itu bukan merupakan pertemuan pertama kuliah, saya telah tahu Pak Dahlan Abubakar sebagai dosen mata kuliah seperti biasa akan membawa kita kepada pengalaman-pengalaman beliau selama menjadi jurnalis, dan seperti biasa saya duduk paling depan. Bureng? No, mata minus membuat saya terlihat lebih perhatian setiap masuk kelas untuk kuliah.
“Ada yang berulang tahun hari ini? Kalau ada saya akan berikan semua uang di dompet saya” Beliau tiba-tiba berkata seperti itu sembari memperbaiki kacamatanya.
Teman-teman langsung menunjuk ke satu arah, menunjuk ke saya yang sudah senyum penuh kemenangan. Beliau berdiri dari tempat duduk, bertanya sekali lagi, memastikan dan mungkin sedikit menyesal hihi.. setelah mengecek KTP saya, akhirnya beliau yakin dan berjalan ke arah meja, namun kemudian berbalik lagi.
“Utari, kamu mau semua uang di dompet saya atau buku ini?” beliau sudah mengangkat sebuah buku dengan sampul yang seorang anak membelakangi sebuah rumah sederhana. Sesaat saya merasa ini seperti kuis memilih tirai 1 atau 2, setelah berfikir sebentar saya memilih tirai 1, buku di tangan beliau, ya siapa tahu tirai 2 ternyata zonk *eh.
“selamat ulang tahun ke 19 Utari, semoga bukunya bermanfaat” beliau menyerahkan buku dengan senyum yang masih sangat saya ingat.
Sebagai anak sastra, saya tidak punya begitu banyak buku. Tapi jika dilihat dari deretan-deretan buku di rak saya, buku ini berbeda sendiri di antara buku sastra di sekitarnya. Meskipun saya tidak suka membaca buku kisah dan motivasi, saya membaca buku ini sebab beliau berkata bahwa buku ini termasuk salah satu buku terbaik yang pernah ia baca. Jangan tanya berapa kali saya menangis membaca buku ini.
Di tahun kedua saya menjadi mahasiswa, saya harusnya fokus saja dengan kuliah. Tapi gara-gara membaca buku itu, saya akhirnya mencari kesibukan di luar dan bertemu dengan Komunitas Pecinta Anak Jalanan (KPAJ). Setahun setelah bergabung saya akhirnya tahu, tidak perlu sejauh kisah-kisah dari berbagai penjuru dunia untuk menjadi lebih peka, untuk akhirnya lebih bersyukur lagi. Saya sering malas membaca buku kisah, sebab merasa terlalu dramatis dan gampang membuat menangis. Tapi akhirnya buku ini menjadi jalan yang mengubah banyak hal dalam hidup saya, bahwa drama serupa memang ada di dunia nyata. Bahwa ada kehidupan sekejam sinetron di dunia nyata.
Terima kasih Pak Dahlan, memberi buku ini sebagai hadiah. Kalau diberi buku lagi, saya akan janji untuk menjaganya (ehm). Kalau ada yang merasa meminjam, tolong kembalikan hadiah di usia 19 tahun saya yah 🙂

Penulis: Tari Artika

Haiii, Terima kasih telah berkunjung, hubungi saya melalui email tariartikasari@gmail.com :)

Tinggalkan komentar