Serius nih, mau jadi blogger?

Hujan bulan Desember hampir datang tiap hari di pertengahan Desember. Bagi sebagian orang, hujan kadang-kadang menjadi sebuah halangan untuk beraktivitas. Sore itu, seperti telah diperkirakan hujan turun sepanjang pagi hingga sore padahal tepat pukul 16.00 wita saya harus menghadiri sebuah kelas. Ah iya, saya sedang mengikuti sebuah kelas yang dibentuk oleh perempuan-perempuan di sebuah komunitas di Makassar, Anging Mammiri (AM) Komunitas Blogger Makassar. Mengambil dari nama tersebut, maka dibentuklah sebuah kelas menulis khusus perempuan-peremuan di komunitas tersebut yang diberi nama Makkunrai Anging Mammiri (MAM). Makkunrai merupakan bahasa Bugis yang memiliki arti perempuan.

Pertemuan pertama kelas tersebut tidak dihadiri oleh semua anggota kelas karena berbagai halangan. Namun, saya sangat kagum dengan semangat pemateri pertemuan pertama, kak Mugniar. Sebelum kelas ini, saya telah mengenal kak Niar dalam sebuah workshop menulis. Beliau sangat ramah, keibuan, dan selalu membuat saya kagum mendengar segudang aktivitas yang ia harus jalani namun tetap produktif dalam menulis. Tulisan kak Niar dapat dilihat di http://www.mugniar.com/. Sore itu, Kak Niar datang lebih awal dari peserta kelas. Hujan menjadi salah satu alasan mengapa peserta termasuk saya terlambat tiba di Kedai Pojok Adhyaksa, lokasi pertemuan pertama kelas Menulis MAM ini.

Kelas Perdana_3315.
Peserta Kelas Pertama Makkunrai Anging Mammiri (MAM)

Why blog?

Kak Niar mulai menampilkan slide demi slide berisi materi hari ini. Pertemuan kelas ini menyenangkan, pertemuan pertama yang santai namun tetap serius. Tiba di slide kedua, kami dihadapkan pada pertanyaan paling mendasar yang harus ditanyakan kepada semua peserta kelas termasuk orang-orang yang memutuskan memiliki blog dan mengisinya. Why blog? Membaca pertanyaan tersebut, membuat kepala saya memuat banyak jawaban mulai dari yang paling jujur hingga paling pencitraan. Kalau boleh jujur, alasan saya akhirnya “menghidupkan” blog saya yang telah lama sepi sebenarnya karena akhirnya saya merasa menulis itu keren.

Alasan paling sungguh-sungguh mengapa saya tiba-tiba sangat aktif menulis sebenarnya karena saya sedang mengikuti kelas Menulis Kepo, tentang KM Kepo bisa dilihat di kelaskepo.org. Dulu, sebelum bergabung di kelas tersebut saya hanya menulis untuk mengisi kekosongan dan sekadar curhat. Hal itu juga saya lakukan entah sekali dalam berapa bulan. Mengikuti beberapa kelas menulis, membuat saya menjadi seseorang yang terus ditagih untuk menulis dan harus peka terhadap apapun untuk dijadikan tulisan. Menarik, bukan?

Alasan di atas sebenarnya alasan yang pribadi. Namun jika ditanya mengapa seseorang harus nge-blog saya berfikir seperti ini; beberapa kali blogwalking membuat saya terkagum-kagum dengan seseorang yang isi blog-nya membuat saya “puas” membaca. Entah itu curhatan pribadi, informasi umum, pengalaman, dan banyak hal yang membuat saya akhirnya mengangguk-angguk paham. Sebagai penulis, tanpa kita sadari mungkin kita sedang melakukan suatu hal untuk orang lain. Siapa yang tahu tulisan kita yang sederhana ternyata bisa menyelamatkan seseorang? Minimal menyelamatkan dari ketidakpahaman.

Manfaat nge-blog?

Melakukan sesuatu harus ada manfaatnya dong, iya. Setidaknya untuk diri sendiri. Satu hal yang sangat tampak ketika kuantitas menulis terus bertambah adalah kualitas dalam menulis. Semakin kita menulis, keterampilan dalam menulis tersebut juga semakin membaik. Cara membandingkannya sangat sederhana, salah satunya dengan membaca postingan paling lama hingga paling terbaru. Untuk diri sendiri juga, manfaat menulis lainnya bisa dirasakan ketika usia nge-blog kita telah bertahun-tahun misalnya. Tulisan dalam blog menjadi “prasasti sejarah” pribadi, kumpulan kisah yang kelak menjadi warisan yang sangat berharga untuk keturunan-keturunan kita.

Kadang, ketika kita berfikir bahwa kita menulis untuk diri sendiri, tanpa sadar ternyata tulisan tersebut bisa jadi justru lebih mengena kepada orang lain. Who knows? Saya pernah membuktikan hal itu. Membaca curhatan orang lain yang akhirnya membuat saya merasa tertampar, merasa haru, dan akhirnya memperbaiki banyak hal dalam diri saya. Penulisnya tentu tidak sadar bahwa ia telah mengubah banyak sisi dari kehidupan seseorang. Belum lagi jika tulisan tersebut memang dikhususkan agar pemahaman orang lain menjadi bertambah, wah.

Sebagai blogwalker setia, saya menyadari bahwa tulisan para blogger kadang lebih saya pahami dibanding membaca berulang-ulang teori dalam buku dan jurnal. Tulisan yang kadang lebih personal dan ditulis dengan ringan membuat pembaca lebih menikmati dan memahami dengan lebih baik. Ini salah satu alasan mengapa saya mengatakan bahwa ngeblog itu keren. Masih banyak lagi manfaat yang sebenarnya baru akan disadari jika kita mulai menulis atau minimal rajin membaca atau blogwalking.

Jadi, serius nih mau jadi blogger?

Kembali ke pertanyaan pertama, why blog?. kalau alasan sudah ketemu, manfaatnya sudah dirasakan, why not? Memulai dengan membersihkan jaring laba-laba di blog, mengganti tema, pokoknya mempercantik blog. kalau blognya sudah cantik, kan sayang kalau kosong. Satu kebiasaan yang saya lakukan sebelum menulis adalah blogwalking kemana-mana. Kadang, ketika kita sedang blogwalking ada tulisan yang dipuji banyak orang yang akhirnya membuat kita bergumam “kalau tulisan seperti ini, saya juga bisa” atau “hmm… saya bisa menulis lebih baik dari ini”. Lalu? Kita mugkin lebih baik dari orang lain dalam hal menyampaikan , namun akhirnya yang membedakan adalah siapa yang berani menyampaikan. Siapa yang berani menuliskan.

Salah satu slide yang paling saya sukai dari rangkaian materi yang dibawakan Kak Niar sore itu berbunyi seperti ini ;

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang saleh.”

[HR Muslim]

Semoga, sekecil apapun ilmu yang kita sampaikan selalu menjadi ilmu yang bermanfaat untuk orang lain. Membaca hadist tersebut juga mengingatkan saya potongan puisi Chairil Anwar “aku ingin hidup seribu tahun lagi”. Pun menulis akan membuat kita “hidup” lebih lama, mungkin tidak hingga seribu tahun, bisa jadi lebih dari seribu tahun. Kita tak pernah tahu sampai kita mencoba bukan?

Selamat nge-blog 🙂

Penulis: Tari Artika

Haiii, Terima kasih telah berkunjung, hubungi saya melalui email tariartikasari@gmail.com :)

11 tanggapan untuk “Serius nih, mau jadi blogger?”

  1. Keren ini

    Kita mugkin lebih baik dari orang lain dalam hal menyampaikan , namun akhirnya yang membedakan adalah siapa yang berani menyampaikan. Siapa yang berani menuliskan.

    Suka

  2. Salut dengan semangatnya, kak.

    saya juga sering mengalami ini:
    ” Saya pernah membuktikan hal itu. Membaca curhatan orang lain yang akhirnya membuat saya merasa tertampar, merasa haru, dan akhirnya memperbaiki banyak hal dalam diri saya.”
    Kadang-kadang hal yg kita anggap sepele sangat berguna bagi orang lain.

    Suka

  3. Iya ya, kita pertama kali bertemu di pelatihan menulis AJI. Setelah itu sering ketemu di acara2 komunitas. Saya suka menyayangkan teman2 aktivis sosial kalo punya blog tidak rajin mencatat pengalamannya di blog. Padahal sharing sederhana sangat berguna bagi banyak orang.

    Benar yang Tari bilang ini:

    -Siapa yang tahu tulisan kita yang sederhana ternyata bisa menyelamatkan seseorang? Minimal menyelamatkan dari ketidakpahaman.
    -Kita mugkin lebih baik dari orang lain dalam hal menyampaikan , namun akhirnya yang membedakan adalah siapa yang berani menyampaikan. Siapa yang berani menuliskan.

    Menariknya, kalau dari menulis kita belajar, kita bisa membaca tulisan tanpa interupsi. Kita bisa membaca isi pikirannya sampai selesai, tuntas. Kalau bercakap kan bisa terpotong2 dan mungkin saja bisa kita bantah. Kalau dari tulisan, kita bisa “terpaksa” membacanya sampai selesai.

    Tulisan2 Tari menyentuh, lho. Beberapa kali saya baca, kesannya seperti itu. Jadi, keep writing dan keep blogging ya supaya semangat Tari di KPAJ dan dalam menjalani kehidupan bisa menyentuh lebih banyak orang lagi 🙂

    Suka

Tinggalkan komentar