Menjadi Relawan Itu..

Jika kau berencana untuk satu tahun, sebarkan benih padi;

Jika kau berencana untuk satu abad, tanamlah pohon;

Jika kau berencana untuk seumur hidup, didiklah masyarakat.

  • Peribahasa Cina

Suatu hari, tiba-tiba saja saya telah berada di kerumunan anak-anak yang menatap dengan pandangan lain, berbicara apa saja yang mereka kehendaki, yang diam-diam menarik hati saya untuk tinggal. saya tidak begitu menyukai anak-anak, tapi untuk pertama kalinya, saya jatuh cinta pada pandangan pertama, hingga memutuskan bergabung di KPAJ. itu terjadi pada tahun 2012, tahun di mana saya sedang memperbaiki banyak hal, keluar dari zona nyaman, dan berusaha menemukan sesuatu yang baru.

Apa itu KPAJ?

Komunitas Pecinta Anak Jalanan, atau lebih sering disebut KPAJ berdiri pada tahun 2010. Terbentuk atas keresahan sekelompok orang melihat betapa banyak anak-anak, yang dalam usia sekolah, namun dapat dengan mudah ditemui dieberapa sudut jalan kota Makassar, khususnya daerah Perintis Kemerdekaan Tamalanrea. Anak-anak tersebut tidak sekolah, mereka turun ke jalan membantu orang tuanya mencari nafkah. Sebagian besar dari mereka meminta – minta / mengemis. Adapula yang berjualan koran, menjadi tukang parkir, membantu mengangkat barang orang lain, dan mengamen.

Berangkat dari hal tersebut, orang – orang yang kala itu sebagian besar masih berstatus mahasiswa memutuskan untuk bertemu, berbincang tentang usulan membuat kelas belajar, yang kemudian diakhiri dengan kesepakatan melakukan pendataan pada keesokan harinya. Pendataan dilakukan dengan mendatangi rumah dan juga ‘tempat kerja’ calon anak binaan. Beberapa dintara calon anak binaan cukup antusias untuk ikut belajar, dan ada pula yang terang-terangan menolak. Menanggapi antusias belajar sebagian anak – anak tersebut, kelas nonformal pun dibuka 1 kali setiap pekan di hari Minggu, diekitar danau Universitas Hasanuddin. Kegiatan belajar mengajar itu kemudian diberi nama “Sekolah Ahad”.

94182

Menghadapi kelas pertama saya di tahun 2012, membuat saya sulit membayangkan bagaimana kelas pertama di tahun 2010. Melalui postingan sejarah di website KPAJ (http://kpajmakassar.org), saya jadi tahu bagaimana awal kelas ini dibuka. Bayangkan saja, demi mengajak anak – anak tersebut ikut belajar, para relawan harus menjemput di Perintis Kemerdekaan VI, tempat tinggal mereka. Jarak tempat tinggal dan lokasi belajar yang cukup dekat, membuat 1 relawan seringkali membonceng tiga sampai empat anak, kemudian kembali lagi untuk menjemput yang lain, agar proses belajar bisa segera dimulai.

Bagaimana KPAJ ‘bekerja’?

Dalam dua tahun terakhir, tugas saya di KPAJ adalah beramah-tamah dengan relawan baru, menjawab semua pertanyaan seputar komunitas ini, menyaksikan beberapa diantaranya bahkan keringat dingin menghadapi kelas / anak – anak, hingga mendapati relawan yang seperti saya, jatuh cinta pada pandangan pertama. “Apakah saya bisa mengajar mereka?”, “apa yang harus saya lakukan untuk menjadi volunteer?” merupakan pertanyaan yang paling sering diajukan. Kebanyakan calon relawan memiliki rasa khawatir berlebihan. Padahal mencoba saja belum.

Selama bergabung dalam kepengurusan KPAJ, jika ditanya tantangan apa yang saya rasa paling berat, jawabannya adalah orangtua mereka. Untuk menyekolahkan mereka, kendala lain tidak hanya datang dari biaya dan keperluan sekolah yang semakin mahal, namun kesabaran dan kesanggupan meyakinkan orang tua mereka, agar anak-anaknya bisa bersekolah adalah tantangan yang sangat berat. Mulai dari pernyataan:

“Kenapa mau susah-susah sekolah, mending bantu mamak cari uang”

“Tidak usah mi sekolah, cari uang saja. Yang penting bisa membaca sama menulis”

“sekolahkan mi tapi bangunkan setiap pagi, karena ini anak malas sekali bangun pagi”

Namun, pada akhirnya beberapa orang tua mereka luluh. Mungkin melihat keikhlasan dan kesabaran kami, atau mungkin saja karena lelah dibujuk oleh kami. Dan setelah bermusyawarah panjang lebar, kami sepakat akan menyekolahkan anak-anak mereka dengan biaya dan peralatan sekolah ditanggung oleh KPAJ. Serta pemberian beasiswa setiap bulan untuk kebutuhan transportasi dan lain-lain. Sebagai timbal baliknya, para orang tua menandatangani surat perjanjian berisi pernyataan sang anak yang disekolahkan tidak lagi disuruh turun ke jalan untuk meminta – minta / mengemis.

Lantas, uang diperoleh untuk membiayai sekolah yang jumlahnya tidak sedikit itu dari mana? KPAJ punya banyak uang? Tentu saja tidak. Kami tidak punya uang atau simpanan uang sebanyak itu. Tapi kami tidak jalan sendiri. Selalu ada uluran tangan – tangan baik yang membantu dalam banyak hal, termasuk donatur. Selain menerima donasi, KPAJ juga memiliki tim Fundrising yang selalu berinovasi mencari cara untuk mengasah skill anak binaan bagaimana mendapatkan uang secara halal termasuk membuat kerajinan.

Anak – anak yang sedari tadi saya ceritakan, kami memanggil mereka “Pasukan Bintang (PB)”. Mereka tidak berbeda dengan anak-anak lain, yang punya keinginan dan cita – cita yang tak kalah kerennya. Tapi sayangnya, mereka terbentur oleh lingkungan dan fasilitas yang diterima. Namun, di luar hal itu, mereka bisa jadi lebih cerdas dari anak-anak lain. Buktinya, kadang mereka lebih cerdas, lebih kritis dari kami.

94208
Pasukan Bintang

Hampir enam tahun, pelan tapi pasti, anak – anak yang putus sekolah mulai disekolahkan. Dan Sekolah Ahad sebagai sekolah nonformal, tetap diadakan. Dengan tema berbeda setiap pekannya, sistem belajarnya pun dibuat berbeda dari sekolah formal pada umumnya. Yaitu bermain sambil belajar. Hal ini diharapkan dapat membuat mereka lebih mudah menerima ilmu pengetahuan dengan cara lebih kreatif. Jumlah mereka yang terdaftar sekitar 50-an orang. Namun, yang aktif mengikuti kelas sekitar 30-an orang. Dan yang menerima beasiswa sebanyak 20 orang.

Jatuh bangun menyekolahkan mereka? Tentu saja. Menghadapi kerasnya orangtua mereka yang menginginkan anaknya tetap mencari uang, keinginan belajar sang anak yang setengah-setengah, hingga berurusan dengan biaya pendidikan yang semakin mahal, adalah tantangan yang sering ditemui. Tapi kami selalu percaya, jalan untuk kebaikan selalu ada. Selalu.

Dan dulu, saya hampir tidak percaya ada orang yang benar-benar baik seperti di dalam sinetron, hingga saya bertemu dengan pengurus KPAJ. Sebagian besar pengurus adalah orang-orang yang telah bekerja, yang selalu meluangkan waktu di akhir pekan, mencuri waktu menyimak obrolan grup di jam kerja, dan sesekali bolos saat ada hal yang benar-benar penting dan mendesak. Pertama kali bergabung sebagai pengurus, yang saya tahu mungkin tidak bisa sesabar mereka. Dan benar saja, hingga kini meskipun saya pengurus paling muda, saya selalu jadi yang paling sering ngotot dalam semua hal.

KPAJ saat ini!

Saat ini ada tiga tim yang dijalankan KPAJ yakni tim Pendidikan, tim Humas dan Web serta tim Fundrising. Selain Sekolah Ahad, dibuka beberapa kelas khusus, seperti kelas komputer, kelas kerajinan, kelas seni, kelas mengaji, dan kelas calistung (baca,tulis, hitung). Kelas tersebut diadakan di rumah yang disewa dua tahun terakhir. Rumah Belajar KPAJ, demikian kami menamakannya. Namun, satu hal, yang sering membuat saya sedih adalah kurangnya tenaga relawan di setiap pekan. Untuk mengurusi kurang lebih 30 anak, satu atau dua relawan akan sangat kewalahan. Belum lagi memikirkan penerus untuk tiga tim tadi, kami benar-benar bekerja keras membuat orang lain betah.

94181
Pasukan Bintang Kelas Tari menari Tulolona Sulawesi

Lalu mengapa saya betah hingga hampir empat tahun? Dulu, saya berfikir mungkin jawabannya karena merasa harus menjadi pengajar untuk mereka. Ternyata bukan, saya membutuhkan mereka untuk terus belajar. Belajar apa saja. Pelajaran mahal yang mungkin tidak akan saya dapatkan di tempat manapun. Menjadi relawan bagi saya, bukan tentang bagaimana menjadi pengajar namun bagaimana menjadi teman mereka, menjadi kakak, sekaligus orangtua. Menjadi relawan di KPAJ berarti harus siap menjadi teman, kakak, sekaligus orangtua.

 

Penulis: Tari Artika

Haiii, Terima kasih telah berkunjung, hubungi saya melalui email tariartikasari@gmail.com :)

9 tanggapan untuk “Menjadi Relawan Itu..”

  1. Terharuku :’) Iyya saya juga percaya, selalu ada jalan untuk setiap kebaikan. Dan setiap kebaikan yang ditebarkan akan kembali ke diri sendiri pada waktunya nanti. Salut untuk teman2 KPAJ dan Pasukan Bintang.

    Suka

  2. Masya Allah Tari …. saya terharu sekali membacanya. Semoga Tari dan teman2 KPAJ diberi terus kesehatan oleh Allah SWT dalam membina Pasukan Bintang ini.
    Untuk masa depan kita semua.

    Suka

Tinggalkan komentar